Kebenaran tidak selalu apa yang dibenarkan mayoritas …..!!!

Betapa banyak orang kebingungan mencari kebenaran, mereka berusaha mencarinya kesana kemari dengan berbagai cara. Salah satu yang berlaku di sebuah negeri nan jauh di sana adalah menetapkan suatu itu benar atau tidak dengan menggunakan suara terbanyak. Jadi “apa yang dianggap benar oleh mayoritas maka itulah kebenaran”, ambil misal…korupsi….ya…korupsi, nilep dan kawan-kawannya, Anda tentu tau bagaimana hukumnnya bukan…..”..Ah kalau itu sih saya tau Mas…tidak boleh…!, dosa….!, Kharam…!, terlarang…!, melanggar Undang-undang…!…” tunggu dulu sabar Bos…..jika Anda kebetulan berada di negeri yang saya maksud ini maka boleh jadi lain ceritanya, di negeri ini kebenaran nisbi belaka bukan hal yang mutlaq dan pasti….jika Anda bertanya hukum korupsi dan anak-anak haramnya maka bisa jadi korupsi dan anak-anak haramnya itu boleh-boleh saja, karena yang Anda tanya adalah sebuah negeri di mana mayoritas orang-orangnya adalah koruptor mulai dari kelas teri sampai kelas gajah, karena kebenaran di negeri itu adalah apa yang dianut orang banyak maka jadilah korupsi itu legal-legal saja, …..”..Lho kan korupsi itu gak boleh Mas, jelas-jelas gak boleh, bahkan hal ini lebih terang dari matahari di siang bolong tanpa awan dan mendung….?”…….., sayang sekali bahwa negeri ini menganut kebenaran adalah pendapat mayoritas, atau apa yang disetujui dan diaminkan oleh mayoritas, entah mereka yang setuju itu membenarkan korupsi tadi bahkan menghalalkannya, atau mereka hanya ikut-ikutan saja (padahal sebenarnya mereka tau bahwa korupsi itu terlarang) tapi menganggap remeh karena alasan klasik…” ah toh semua orang juga kayak gitu….”, atau alasan yang lebih gila lagi…” ini jaman edan Bung, kalau tidak ikut edan tidak akan kebagian…?!!??#$@#..”……., atau alasan yang sedikit sableng….”..ah kalau dikit gak pa-pa, asal jangan banyak-banyak…..”…., atau ada juga yang beranggapan sinting bahwa korupsi yang terlarang itu hanyalah korupsi uang saja, korupsi korupsi yang lain (seperti korupsi waktu, listrik, aspal, beton, dll) tidak terlarang………(heran saya dengan orang-orang di negeri ini, kuat sekali lambung mereka, bayangkan saja mereka bisa makan aspal, besi, beton, listrik dan semua barang yang ada…!! benar ini bukan salah ketik semua barang yang ada bisa dimakan, omnivora tulen), atau dengan alasannya orang cacingan….”…kalau saya tidak korupsi, mercy nggak bakal kebeli, apartemen nggak bakal punya, deposito nggak bakal ada…”…atau ada lagi alasannya preman gelandangan ..” kalau nggak korupsi, nggak bisa makan, gaji nggak cukup, nggak bisa nyekolahin anak, nggak bisa bayar kontrakan, dan sejuta nggak-nggak yang lain………………!. Cape deh…….

Begitulah gambaran kebenaran di negeri itu, maklum jauh dari peradaban dan informasi, kebenaran di sana hanyalah nisbi dan bisa berganti-ganti. Pagi benar, siang salah, sore benar lagi, kalau malam….? yaa win-win solution lah…….

Contoh lain….negeri itu akan milih kepala desa untuk mengatur pemerintahan desanya, karena kebenaran adalah apa yang diaminkan orang banyak maka jadilah pemilihan kepala desa dilaksanakan dengan pemilihan langsung oleh semua warga desanya. Nantinya siapa calon yang dipilih oleh paling banyak warga akan menjadi kepala desa. Jadilah semua warga memilih kepala desanya yang nantinya akan mengatur pemerintahan desanya untuk kesejahteraan seluruh warga desa, diantara pemilih ada yang pinter ilmu politik dan pemerintahan..jadi bisa dipastikan dia memilih orang yang tepat, diantara pemilih ada yang hanya lulus SD …kemungkinan dia akan memilih calon yang dia suka entah dari sisi wajahnya yang ganteng, hartanya yang banyak, atau alasan-alasan lain selain faktor kompetensi tentunya karena dia sendiri pun tak tau apa itu kompetensi, diantara pemilih ada koruptor yang tentunya akan memilih calon yang bisa sama-sama diajak korupsi supaya tetap langgeng aksi korupnya, diantara pemilih ada tukang mabuk dan nyabu..tentu dia akan memilih yang sama-sama suka mabuk dan nyabu jadi bisa jalan terus, fly…fly……., pemilih yang lain ada yang penjudi…jadi dia akan memilih calon yang suka berjudi supaya bisa lebih rame main judinya nantinya, sukur-sukur bisa di kantor kepala desa saat jam kerja, ada pemilih lain yang bahkan buta dan tuli jadi dia akan asal tusuk saja kupon pemilihan yang ada di hadapannya, calon mana yang kena tusuk itulah pilihannya, lain lagi warga pemilih yang punya utang budi dengan salah satu calon kepala desa..dia akan memilih calon yang dia punya utang budi kepadanya karena merasa tidak enak dan segan, lain lagi warga yang lain…orang-orang bilang dia ini orang mesjid, pemilih ini bingung mencari calon kepala desa karena memang di antara calon yang ada sama sekali tidak ada yang “orang mesjid” seperti dia, daripada ambil pusing dia memilih untuk mencoblos semua atau tidak mencoblos sama sekali si “orang mesjid” ini sangat khawatir kalau dia termasuk dalam larangan “jika urusan diserahkan kepada bukan ahlinya, maka tunggulan kehancurannya…” urusan milih pimpinan adalah urusan besar, jika salah dan diserahkan bukan pada ahlinya maka tinggal ditunggu kehancurannya…! si “orang mesjid” ini sangat takut jika ia termasuk orang yang punya saham dalam proses kehancuran nantinya karena dia sama sekali bukan orang yang ahli dalam masalah hukum dan pemerintahan……..!!..”ah daripada saya berdosa karena mengahancurkan nasib kampung saya sendiri lebih baik saya gak ikut-ikutan saja……!!”…begitulah gumamnya dalam hati…………..

Kira-kira siapa yang bakal menang yah jadi kades dan wakades yang baru……….?. Kita tinggal menghitung saja komposisi penduduk desa tadi, jika mayoritas adalah koruptor maka jelas kades dan wakades baru adalah koruptor, jika mayoritas pemabuk maka kades dan wakades yang baru adalah pemabuk, jika mayoritas adalah “orang mesjid”, eeitt….. tunggu dulu bukannya tak ada calon kades yang “orang mesjid”……..Oooo iya ya, bener bener lupa, jadi opsi terakhir ini tidak mungkin…..jadi mari kita tunggu saja ya siapa yang akan keluar sebagai pemenang kontes pemilihan kades dan wakades ini ………..

Leave a comment