Nyicil korupsi

Suatu siang pada suatu instansi pemerintah di Jakarta seorang pegawai sedang mengetik pada sebuah komputer sambil tangan kanannya memegang telpon dan mulutnya berbicara (tentunya) dan seringkali tertawa. Lima menit kemudian ketika saya lewat kembali ternyata kejadian tersebut masih berlangsung, kali ini dapat saya pastikan bahwa pembicaraan yang terjadi adalah maslah pribadi. Pada kali lain, masih pada tempat dan orang yang sama, tapi pembicaraan yang terjadi adalah mengenai transaksi jual beli / pemesanan barang. Kali lain, masih pada orang dan tempat yang sama, pembicaraan yang terjadi adalah antara ibu dan anak. Sampai di sini mungkin Anda akan bertanya, apa maksud saya menyampaikan tiga cerita di atas.

Ada beberapa hal dari cerita di atas yang perlu kita perhatikan. Pertama, semuanya adalah merupakan percakapan pribadi, untuk keperluan pribadi, sama sekali tak ada unsur kepentingan kerjaan di dalamnya. Kedua, semua percakapan di atas digunakan dengan fasilitas kantor, biaya pulsa telepon yang timbul akan dibayar oleh kantor (dalam hal ini adalah negara, karena ini adalah instansi pemerintah), dan menurut peraturannya, fasilitas kantor, hanya boleh digunakan untuk kepentingan dinas saja, bukan untuk kepentingan pribadi. Ketiga, pegawai tersebut mengetik (bekerja untuk kepentingan kantor) hanya dengan satu tangan, karena tangan satunya asyik memegang telpon, kalaupun toh dengan dua tangan dan telpon dijepit di leher dan pundak, maka konsentrasi jelas akan ada pada telepon (buktinya sering tertawa), intinya kepentingan kantor, dikalahkan oleh kepentingan pribadi, kerjaan jadi lama banget tidak selesai, telpon jalan terus……….. Continue reading