Lembaran Baru Telah Dimulai…

“….. Seekor ikan, yang terlalu nyaman dengan kolamnya, tidak akan tau luasnya samudera……”

setujukah Anda….?

keputusan untuk keluar dari zona nyaman, keputusan berat memang, harus ada dukungan dari orang sekitar Anda, tapi lebih dari itu, Anda sendiri harus yakin dan percaya

akan jauh lebih mudah jika, tentunya Allah mudahkan, tapi tentunya ini perkara Doa, dan diluar kekuasaan kita, tapi soal keimanan dan keyakinan dalam diri kita lah yang utama…

berani coba..?

Ki Dalang tak sesuai harapan….

ternyata, ki dalang beneran gak mau lepasin….eh tunggu, ternyata ki Dalang sempat said that ….”dipersilahkan”….tapi ternyata ki Dalang ngasih catatan kecil pakai post it tulisan pensil …..”bicarakan dengan asisten Ki Dalang si Sinden cantik”…..

nah dari sini gak jelas ni, ujung ujung nya memang ijin dari Ki Dalang gak keluar, cuman karena diawal sudah ada info bahwa ki Dalang sudah OK alias mempersilahkan, tapi di akhirnya malah ijin gak keluar, kan aneh. Intinya Ki Dalang ini ngikut saja asistennya, padahal dia itu bosnya. Jika si bos sudah bilang OK tapi staf nya malah bilang gak OK, mestinya ya OK saja yang ada, lah ini kok malah gak OK akhirnya. Hmmm…siapa badguys nya ini….

usut punya usut, ternyata si Sinden diajak biacara dengan penabuh gamelan. Entah terjadi beneran atau tidak obrolan mereka ini, yang jelas memang KI Dalang nyuruhnya mereka berdua ngobrol dulu. Nah penabuh gamelan akhirnya ngomong, bahwa si Sinden gak memberikan ijin. Dan akhirnya penabuh gamelah gak mau masuk minta ijin lagi ke Ki Dalang…..

jadi, siapa bad guys nya di sini……???

Inginnya ….

Saya yakin dan percaya, defaultnya suami yang normal ingin mencukupi kebutuhan yang menjadi tanggungannya. Ayah yang normal defaultnya tentu juga ingin mencukupi kebutuhan yang menjadi tanggungannya. Bahkan tidak hanya cukup, namun lebih dari itu tak hanya sampai sebatas cukup, namun sampai tahap lebih. Tidak hanya primer, namun juga sekunder bahkan tersier.

Hal ini tentu kondisi ideal, kewajiban bagi sang ayah atau suami dan hak bagi istri dan anak anak atau sampai orang tua. Dari sisi suami atau bapak kewajiban harus dikerjakan semaksimal mungkin, semampunya. Tidak jadi ukuran jumlah y ang dihasilkan, namun yang penting adalah sudah ada “kasab” atau usaha maksimal. Perlu diingat bahwa karena ini kewajiban maka harus dikerjakan, dosa jika ditinggalkan.

Continue reading

Masih Optimis

Kali ini ada kesempatan lagi, seperti yang sudah sudah. Sebuah pintu dibuka, bahkan bukan sebuah saja, namun lebih dari itu ada puluhan pintu yang terbuka lebar. Memang kesemuanya dalam satu rumah besar dengan tuan rumah yang cukup ramah menurutku.

Seperti yang sudah sudah pula, informasi secara informal sampai lebih dulu. Telisik, cari informasi, baca dan teliti….Alhasil masih sama dengan yang sudah terlebih dahulu lewat mendahului. Butuh lampu hijau dari tuan rumah dan ki dalang terlebih dahulu.
Continue reading

Kurang enak ….

Ada calon ibu, sedang halim perdana kusuma, pakai kedurung, eh kerudung iya kerudung sori typo. Soal si calon ibu ini gimana ya…memang si, kerudung itu bukan islami, jilbab lah islami, yang syar ‘i tentunya, namun di negeri dia kerudung sudah diidentikkan dengan islam, jadi orang berkerudung mestinya lebih islam daripada yang tidak. Disinilah yang nyebelinnya, dia itu makan sambil berdiri, minum sambil berdiri, suka mengumpat dengan kalimat tidak pantas seperti yang sering anak gaul katakan, suka nyanyi-nyanyi, dan kalau ketawa ngikik kayak apaan lah itu….gak pantes lah..kondisi halim perdana kusuma pulak ya……itu harus dilihat, didengar setiap hari. Kurang adab lah, padahal asal nya dari kota yang terkenal dengan sopan santun nya loh…aseli…

Continue reading

Fitnah Media Massa

Media Massa sejatinya bukan tempat untuk belajar, semua orang semua kepentingan bisa menulis, menyuarakan opini atau bahkan membentuk opini, mengklaim sesuatu atau menjustifikasi sesuatu. Semuanya dengan berbagai kepentingan dan motif masing-masing. Ada yang ingin dapat uang mungkin ini mayoritas, ada yang ingin dapat kekuasaan, mempertahankan kekuasaan, ada yang ingin terkenal, atau bahkan ada yang ingin menjatuhkan seseorang.

benarlah kata orang alim dahulu..”…barangsiapa penunjuk jalan nya adalah burung gagak,  niscaya dia akan menunjukkan nya pada bangkai anjing….”

semoga Allah menolong saudara-saudara kami di Palestina dan Syria yang dijadikan sasaran roket dan rudal oleh orang kafir dan teman temannya, semoga Allah menolong saudara -saudara kami di Sumatera dan Kalimantan terhadap asap yang mematikan.

Akhirnya, kawan setia G502 mulai kelelahan juga ….

Masih ingat dengan kawan kita Sony Ericsson G502 yang dulu…

Yap, sudah hampir 5 (lima) tahun setia menemani, tentu tanpa keluh kesah, meskipun kesan pertama nya dulu sempat mengecewakan. Tak terasa sudah hampir lima tahun dipakai dan dipergunakan, sudah mulai menunjukkan tanda tanda kelelahan nya…..

Tombol keypad sudah pada lepas;

Casing sudah mulai longgar “kemriyet” atau berbunyi gemretak kalau di genggam;

Kadang suka ngehang atau LOading LAMbat;

 

Continue reading

Hello World

pfyuhh sudah lama tidak nulis…..kangen juga….

 

sedang musim kampanye capres

gak minat pake banget banget buat yang ini….sakarepmu wis

tapiii..mau tidak mau jadi ngerti juga, banyak link link, brosur, selebaran, pamflet, spanduk yang isinya ada yang saling menjatuhkan, saling memuji bahkan fitnah pun ada….ajib kan….

 

kalau saya sih gampang saja lah…kalau rakyatnya seperti Abu Bakar Ash Shiddiq dan Umar bin Khaththab radhiyallahu anhuma, maka pemimpinnya ya seperti Rasululllah shallallahu alaihi wasallam, kalau rakyatnya seperti Umar bin Khaththab dan Utsman bin Affan radhiyallahu anhuma maka pemimpinnya ya seperti Abu Bakar Ash Shiddiq radhiyallahu anhu….

 

nah kalau rakyatnya semisal “orang endonesia” yang sekarang ini, ya pemimpinnya tidak jauh – jauh lah dari mereka……

 

teko besar isinya susu dituang isinya ke gelas, keluar susu kan, atau isi madu dituang ke gelas ya keluar madu……

 

jadi gak perlu lah “pungguk(/h?) nggayuh lintang“, si pungguk merindukan bulan……

Istriku Bukan Bidadari, Tapi Aku Pun Bukan Malaikat

17 April 2010 •oleh: Ust. Dr. Muhammad Arifin Badri 

Alhamdulillah, salawat dan salam semoga dilimpahkan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarga, dan sahabatnya.

Anda telah berkeluarga? Bagaimana pengalaman Anda selama mengarungi bahtera rumah tangga? Semulus dan seindah yang Anda bayangkan dahulu?

Mungkin saja Anda menjawab, “Tidak.”

Akan tetapi, izinkan saya berbeda dengan Anda: “Ya,” bahkan lebih indah daripada yang saya bayangkan sebelumnya.

Saudaraku, kehidupan rumah tangga memang penuh dengan dinamika, lika-liku, dan pasang surut. Kadang Anda senang, dan kadang Anda bersedih. Tidak jarang, Anda tersenyum di hadapan pasangan Anda, dan kadang kala Anda cemberut dan bermasam muka.

Bukankah demikian, Saudaraku?

Continue reading

Sumber Persoalan

Alkisah diceritakan sebuah negeri dengan sebuah sungai nan bersih dan jernih yang mengalir padanya. Sungai itu digunakan sebagai sumber air minum dan irigasi bagi seluruh penduduknya. Airnya sangatlah bersih dan jernih, sehat tanpa polusi dan kotoran apapun, jernih dan menyegarkan. Alhasil penduduknya pun memiliki sumber air bersih untuk dikonsumsi yang sehat. Penduduk negeri itu tentunya menjadi sehat dan kuat, karena sungai yang menjadi sumber air minum mereka adalah sungai yang sehat.

Tubuh yang sehat dan kuat, pikiran yang cerdas tentulah aset yang sangat berharga. Setiap kali musuh datang menyerang, selalu berhasil mereka kalahkan. Setiap kali ancaman datang selalu mereka pukul mundur. Tak pernah sekalipun kekalahan menghampiri mereka. Luar biasa…….

Waktu terus berjalan, datang dan pergi. Tahun, Bulan, Minggu dan hari terus berganti, generasi demi generasi berlalu, hingga pada suatu masa sungai itu menjadi keruh tak jernih lagi. Sampah, polusi dan kotoran ada di mana-mana. Air yang dulunya bersih dan sehat menjadi keruh dan penuh kuman penyakit. Alhasil air yang dikonsumsi adalah air yang tidak sehat. Kuman dan penyakit pun berdatangan menjangkiti. Satu, dua, tiga, dan tak terhitung lagi berapa banyak penduduk negeri itu yang terkena dampaknya.

Pada akhirnya sudah dapat diduga, penduduk negeri itu menjadi sakit-sakitan, banyak diantara mereka terkena penyakit parah, kronis bahkan komplikasi. Dalam kondisi seperti ini musuh masih saja berdatangan, tentu saja dengan tubuh yang sakit-sakitan musuh dengan mudah mengalahkan mereka di rumah mereka sendiri, di negeri mereka sendiri. Kerugian demi kerugian terus bermunculan. Korban jiwa, harta tak lagi dapat ditoleransi.

Menghadapi situasi yang semakin genting, pada akhirnya ada sebagian penduduk yang berupaya mencari solusi dan memecahkan masalah ini. Adalah si Cendekiawan -salah seorang terpandang di negeri itu– mengajukan usulan untuk terus melawan musuh apapun yang terjadi, baik sakit maupun sehat, terus berusaha sampai titik darah penghabisan tanpa kenal menyerah dan istirahat. Setiap kali musuh atau ancaman datang harus dilawan apapun situasi dan kondisi saat itu pada negeri mereka, baik penduduk sakit-sakitan maupun sehat. Si Cendekiawan ini beralasan bahwa mempertahankan negeri sendiri adalah keharusan yang tidak bisa ditawar lagi. Lain halnya dengan rekan si Cendekiawan tadi, adalah si Cerdas, dia adalah salah satu pejabat dan orang yang dihormati di negeri itu, si Cerdas ini mengusulkan untuk mengobati penduduk yang sakit dengan obat-obatan yang ada, yang penting setiap ada yang sakit langsung diobati dan begitu seterusnya. Dua opini dari para pembesar negeri itu ramai diperbincangkan, sebagian menyetujui, sebagian menolak, sebagian ada yang mengikuti namun sebagian yang lain ada yang tidak demikian. Pada suatu hari datang lah si Bijak yang mengusulkan solusi untuk masalah negeri itu. Si Bijak ini adalah orang biasa saja, bukan bangsawan, bukan pejabat bukan pula orang terpandang, dia hanya orang biasa saja sebagaimana warga lain pada umumnya. Usul yang disampaikan nya adalah bahwa yang harus dilakukan adalah menyelesaikan akar persoalan terlebih dahulu. Karena sumber masalah adalah penduduk yang sakit karena meminum air yang kotor, maka air yang sekarang ini kotor harus dibersihkan terlebih dahulu sehingga menjadi sehat dan layak konsumsi. Air yang sekarang ini kotor tidak boleh diminum sampai kembali jernih dan sehat seperti sediakala sebelum tercemar dengan berbagai sampah dan polutan. Kemudian setelah air menjadi sehat dan bersih kembali barulah penduduk minum air tersebut, dengan demikian badan akan menjadi sehat karena air yang dikonsumsi adalah air yang sehat.

Jika sungai tadi bernama Al Islam, dan negeri tadi adalah sebuah negeri muslim, penyakit yang muncul adalah penyakit aqidah, ahlaq dan penyakit-penyakit agama lainnya, maka pendapat siapakah yang akan Anda ikuti dalam masalah ini? Si Cendekiawan, si Cerdas atau si Bijak?